Jumat, 17 Februari 2012

Bukan di Atas

12 Juni 2010
14.30 WIB


Bukanlah gambar mobil mewah, motor keren, atau perhiasan aduhai yang mengobati kantuk kami siang ini ketika menonton suatu acara di salah satu stasiun TV swasta. Melainkan gambar beberapa orang menggendong rucksack melintasi jalanan terjal di ketinggian yang berbalut kabut. Spontan kami menyahut,”Gunung mana nih?”
Beberapa detik kemudian terdengar sepenggal kalimat si narrator,”..mengitari bukit puncak Cokro Suryo..” dan Lawu-lah jawabnya. 
Penasaran kami mencoba mengidentifikasi lebih lanjut dengan mencermati keadaan di sekitar para pendaki itu. Jalur dari pos 2 Taman Sari Atas menuju Penggik melintasi pinggir jurang Pangarip-arip menutup keingintahuan kami. 
Saat itu Abi sedang menikmati tiap hisapan susu dari Ibu. Aku mencoba mencuri perhatiannya dengan berkata,”Abi, itu lho..Lawu, orang naek gunung..”
Aku tidak begitu yakin apakah si Bandel ini paham benar dengan perkataanku. Tapi paling tidak aku berhasil mendorongnya untuk sejenak memperhatikan TV. Mata kecilnya sempat tertahan beberapa saat ke layar tersebut dan tanpa celoteh sedikitpun. Maklum, saat paling nikmat bagi bayi adalah ketika meneguk susu Ibunya. 
“Besok kita ke sana, itu pos Penggik, Gaga sama Ita kalo nginep di situ. Terus kalo udah gak capek lagi baru naek ke puncak, tinggi..”,ujarku saat gubuk kuning Penggik nampak di layar TV. Abi menatap kami sambil terus menghisap susu yang Aku lupa bagaimana rasanya. 

..Itu pasti, esok nanti setelah kamu punya cukup tenaga dan waktu. Kamu akan bersama kami di tempat yang saat ini mungkin kamu belum mengerti benar tempat apa itu. Tidak perlu menunggumu tumbuh setinggi Cantigi, cukuplah ketika kamu mampu untuk mengenakan sepatu dan pakaianmu sendiri. Saat kamu mampu menggendong ransel kecil sederhanamu, saat itu pula kita sudah berada sedikit lebih tinggi daripada awan yang paling rendah. Kami ingin mengajarimu menggambar pemandangan alam versimu sendiri, bukan gambar pemandangan dua gunung mengapit matahari terbit berpayung gelombang awan yang kelak akan kamu lihat di banyak gambar kawan-kawanmu. Bahwa ada pemandangan alam yang menakjubkan dan mudah digambar, yaitu momen ketika matahari muncul di atas horizon yang sejajar dengan kakimu, dan awan itu ada jauh di bawah. Kelak kamu mampu akan mampu membuktikan perkataan kakak-kakakmu : Melihat awan tidak seharusnya selalu menengadah ke atas, cukup dengan melirik sediki ke bawah..

Write by : Anggarista A