Sabtu, 29 Januari 2011

Pada Sebuah Pagi

(Semoga akan menjadi pagi-pagi yang sama)

Ketika seruan datang bukan dari benda mati yang di program untuk membangunkan, tapi bisik yang selalu mengusik mimpi

Ketika sapa berasal dari suara dengkuran mengganggu yang saya anggap merdu dan itu darimu

Ketika pelukan hangat tak hanya dari sinar mentari

Dan ketika pagi syahdu saat aku menemukanmu di sampingku

Jumat, 28 Januari 2011

jika bahagia itu...

Terus terang, saya lebih ingin tetap seperti apa yang sudah ada sekarang. Tidak lebih dan juga kurang. Cukup bahagia dengan batu-batu terjal, cukup tersenyum dengan mendung tebal, cukup tenang dengan segenap angin yang kurang bersahabat terkadang.

Saya rasa setiap orang punya ukuran tentang apa yang disebut bahagia. Tapi saya yakin sekali satu-satunya tujuan hidup mereka adalah mempertahankan kebahagian. Mencoba untuk tetap dalam status quo. Untuk itulah terkadang lagi seakan-akan manusia layaknya budak. Ya...budak kebahagiaan. Tapi saya rela disebut seperti itu.

Teman, saya memilih bahagia daripada kaya-raya dan (mungkin) masuk surga. Untuk itu saya rela menjalani harga yang harus saya bayar demi kebahagiaan tersebut. Sebuah kenyamanan tak hingga yang saya tidak tahu pasti bagaimana ukurannya.

selamat malam. Semoga semua makhluk di dunia ini senantiasa berbahagia...

Kamis, 27 Januari 2011

Monolog #1

Enggan saya meneruskan pekerjaan malam ini. Hati sedang tidak nyaman dengan berbagai terpaan hidup yang datang silih berganti.

Saya memilih untuk menghidupkan sebatang rokok dan melamun. Entah akan sampai mana, saya tak mau peduli. Sedikitnya ada sejuta hal yang telah saya hadapi selama sekitar 22 tahun ini, bahkan semilyar bisa jadi mungkin saja. Sekali ini agaknya memaksa untuk harus lebih bisa menggunakan segala kemampuan yang saya punya.

Come on darling, pasti ada caranya! Begitu kata benak saya.

sekali lagi saya menghisap dalam-dalam nikotin di genggaman.

Misalkan saja kamu yang mengalami, kemudian mau apa kamu. Apa saja hal yang kamu butuhkan disaat seperti itu. Kamu pasti tahu. Begitu katanya pada saya.

Ah..sudahlah...saya hanya ingin tidur nyenyak malam ini. Berharap akan ada kabar baik esok.

Oh no no no...it's not you. Dia meninggi.

So???

Tenanglah, akan ada hal baik di balik hal terburuk sekalipun. Masih ingatkah tentang awan yang mendung yang menyembunyikan sinar hangat mentari???

Diam. Menenggelamkan lamunan lebih dalam.

Yap..right...seperti itu. Tenanglah. Dan kau akan menemukan jawaban dalam diam dan kesunyian.

Jawaban yang sebenarnya sudah ada dan kau ketahui. Hanya saja terkadang kau butuh orang untuk meyakinkanmu atas apa yang kau (akan) kerjakan kemudian.

Minggu, 23 Januari 2011

rinduku padamu

setidaknya 2,5 jam saya menunggu untuk bisa menerobos hujan.

bukan apa-apa, saya hanya rindu seseorang

saya merasa butuh bertemu secepatnya
karena rindu tak bisa ditunda

ibu sayang, anakmu segera datang

teras rumah, 2011

Rabu, 19 Januari 2011

bincang dengan matahari #1

Pagi ini, bangun dan melihat matahari. setidaknya untuk kesekian ribu kalinya. sama. serupa. Menikmati matahari yang sama. Memang beberapa kali terlihat spektakuler karena saya sedang berada diketinggian yang lain dari biasanya.
Matahari saya hari ini terlihat agak redup, berteman awan mendung nan rendah. Agaknya dia tahu bagaimana harus menyapa saya kali ini.
" Tolong jangan masuk dulu" kata saya, namun dia tetap memaksa.
"Biarkan aku di sini menemanimu", katanya.
"Ah kau selalu saja begitu"
" Sayang, bukankah ada tetaplah tinggal saat kau berkata pergi sekarang?"

Kemudian saya tersenyum memeluknya (pelukan hangat seperti pagi-pagi biasanya)
terimakasih "matahari".