Selasa, 10 Mei 2011

Ekspedisi Gede-Pangrango

Mengenang yang telah sudah.

Aku ingin kembali mengecap dingin, mengenyahkan letih, dan menjadi orang yang lebih tinggi daripada awan. Ketika kemudian waktu mempertemukanku dengan kesempatan itu lagi aku tak mau menyiakannya. Kali ini Gede-Pangrango.
Perjalanan impian untukku, awalnya hanya sebuah angan yang jauh adanya. Pun ketika hari kami di sesaki ritual pekerjaan dan kewajiban. Entah bagaimana caranya kesempatan datang (seperti kata Angga, tak ada yang tidak mungkin, semuanya tinggal menunggu waktu saja). Rencana sih memang diproyeksikan sudah hampir 6 bulan yang telah lalu. Kami –aku&Angga- mengajak beberapa teman untuk ikut dalam perjalanan ini atau lebih tepatnya bercerita tentang rencana pendakian Gede-Pangrango. Beberapa teman tanpa di ajak sudah ingin melibatkan diri (ternyata kekuatan narasi yang di barengi persuasi itu ngaruh banget...hehehehe).
Akhirnya ada 8 orang yang ikut andil dalam “Ekspedisi Gede-Pangrango” (cieeee...ekspedisi...). Aku, Angga, Reza alias Pacul, Liston, Bram, Kang Goen kiaine, Pito, Fandy. Dengan beberapa persiapan yang sedikit ruwet, harus boking tempat dulu cing...taman nasional gituh! Tapi untungnya ada sodara Pacul yang bersedia membantu. Terimakasih banyak buat mas Ikhsan(semoga saya tidak salah ketik nama) yang bersedia wira-wiri untuk mengurusi masalah perijinan.
H-6
Tim sudah fixed tinggal kirim biodata by email. Galink..terimakasih pinjeman scannernya (betewe itukan punya PKBI, berarti terimakasihnya untuk PKBI wae...hahahaha...:p)
H-5
Biodata sudah terkirim dengan sempat terjadi kebingungan karena lupa dengan alamat tujuan.
Angga : dot co dot id atau dot com ya???
Fita : udah kirim aja ke duwa2nya...hehehehe
H-4
Ada susulan orang (Fandy temennya Bram). Kirim.. email lagi Bo. (sudah mulai sibuk atur ini itu, beli ini itu, prepare ini itu, pinjem ini itu dan ini itu yang lain).
H-2
Breafing persiapan perjalanan
H-1
Beli tiket untuk esok hari (bagi yang belum tahu, tiket ekonomi jarak jauh bisa di boking lho sekarang).Hati udah deg-deg an gak karuan. Walah...kayak mau di kawinin besok pagi rasanya...hahahaha.
D day (19 Juli 2009)
Di pagi sudah sibuk prepare, cek sana cek sini dan ini itu. Berencana ketemuan jam 4 di stasiun Lempuyangan karena kereta Progo jurusan Pasar Senen yang kami tumpangi akan meluncur pukul 16.45 WIB. Tim sudah ngumpul di Lempuyangan, tapi tunggu...Bram dan Fandy belum datang tampaknya. Semua orang sibuk sms dan menghubungi mereka. 15 menit menuju keberangkatan menjadi waktu yang paling krusial (halah...opo toh...). Jawaban yang diterima oleh teman-teman Bram sedang berada di jalan alias otewe...walah...jalan sebelah mana tapi...puncak penantian kami adalah ketika ada suara lantang yang asalnya dari pengeras suara stasiun. You know...semacam pengumuman keberangkatan gitulah pokoknya. Apaaaaaaaaaaaaaaaa....semua terbirit masuk kereta...Wadehel tenan! Bram belum datang. Kabar terakhir dia masih juga di jalan. Semua awak ekspedisi kalang kabut. Tiba-tiba dengan santainya Bram menelfon.
Bram : Aku nyusul kok. Aku numpak bisnis, berangkat sore ini juga. Sampai ketemu di Senen ya kawan-kawan. Palingan juga nanti aku duluan yang sampai di sana....hahahaha...(masaaloh sombong nian anak ini...wkwkwk). Tapi ada nafas kelegaan di masing-masing kami.
Perjalanan panjang yang melelahkan. 10 jam berada di kereta yang perjalanannya penuh sesak dengan penumpang dan bakul-bakul asongan (mijone3 Akua dingin teh kotak tahu asin kipas2 koran2 yang diucap tanpa jeda). Tanggal 20 Juli pukul 03.00 dini hari kami sampai di stasiun Pasar Senen. Kesan yang kami tangkap tentang Jakarta adalah memang benar-benar ada kota yang sekumuh ini (setidaknya dibanding tempat tinggal kami Jogja). Hal pertama setelah turun kereta adalah antre toilet setelah itu mengulur otot yang sedari kemaren sore tak bisa bergerak karena keadaan kereta yang penuh sambil menunggu Bram tiba.
Perjalanan di lanjut ke Cileungsi (tempat sodara Liston tinggal) ada titipan dari Ibu Liston yang harus di sampaikan dahulu. Ya setidaknya kami juga bisa numpang mandi2 dan prepare lagi untuk pendakian. Wew...ternyata bis jurusan Cileungsi baru ada setaun lagi eh...jam 8 dink...tapi tetep aja penantian laksana bertahun-tahun bagi kami yang terserang capek dan ngantuk ini. Benar Pukul 8 lebih sedikit (15 menit) bus datang. Wah sorak-sorai kami membahana laksana ketemu gunung emas, laksana tiba-tiba diare setelah sekian bulan susah buang air...:P
Di atas bus yang nyaman dengan AC semilir (agak semribit malahan) semua terlelap seketika. Bahkan sekelas Romy Rafael pun tak bisa menidurkan kami secepat ini. Hingga pada akhirnya, ada suara yang masuk ke telinga ‘Cileungsi...Cileungsi...’ semua terkaget. Ada di mana kita???hah...kita tersesat..(lebai mode on). Kami terdampar di perempatan ramai di bawah jembatan layang dengan jumlah angkot paling banyak yang pernah kulihat. Plat nomernya F. Bogor donk...tanpa banyak kata Liston mencet-mencet HP...tulalat tulatit ada telpon masuk. Akhirnya kami diselamatkan sodara Liston yang kemudian di kenal dengan Mas Andre itu. Sampai di rumah Mas Andre segera saja bersih-bersih dan berkemas-kemas (eh ada makan siangnya juga loh...ketoprak maaaan...). Pukul 13.00 kami berangkat ke Gunung Putri di antar Mas Andre dan ayahnya (maaf om...gak tahu namanya...). separuh perjalanan yang kena trafficjam alias macet di jalur puncak. Banyak orang menikmati liburan ini tampaknya.
Sampailah di terminal terakhir jalur Gunung Putri dengan beberapa anggota tim yang sudah ngos-ngosan karena sempat harus mendorong mobil. Pemanasan teman-teman...
17.00 tiba di basecamp gunung Putri dengan sedikit berjalan dari pemberhentian mobil yang mengantar kami. Langsung saja lapor ke tim basecamp dengan membawa surat pengantar yang di kasih sama mas Ikhsan. Semua oke tanpa pemeriksaan barang bawaan cuma sialnya waktu pendakian tak boleh di tawar.
Bram : Mas waktunya boleh lebih dari 2 hari 1 malam ya...dengan nada mengaharap tentunya.
Mas2 beskem : wah gak boleh nanti cuma nambahi sampah kalau lama2 di atas lagian susah kalau malah nanti kehabisan bahan makanan.
Angga : tapi kami berencana untuk 2 puncak sekaligus mas..habis ke Gede terus ke Pangrango.
Mas2 beskem : tetep gak bisa. Nanti kalo telat turunnya di denda 20kali lipat dari biaya asli. (itu berarti 5000X20=100..busyet 100rb cing...8 orang jadi 800rb...Sugihhhhhhhhh)
Semua ber oh ria.
Angga : kira-kira dari sini ke alun-alun Surya Kencana berapa jam ya mas?
Mas2beskem: ya...4-5 jam lah. Tapi kalau kalian saya percaya Cuma 3 jam sampai (belakangan kami tahu ternyata kami di ece toh...edan...kewanen tenan)

Kami breafing sejenak. Semua oke, diputuskan untuk berangkat jam 19.00. awal perjalanan seperti biasa. Ladang,jalan menanjak dengan bonus2 (ternyata awalnya saja), semua tim sehat. Pos 1 terlewati. Pos 2 oke punya. Pos 2 ke pos 3 lumayan berusaha keras. Pos 3 ke pos 4, jatuh bangun dengan kedaan masing2 person yang sudah menurun stamina dan konsentrasinya (sayangnya waktu itu gak ada yang jualan mizone). Pos 4 ke pos 5.
Pie To???? Sahut semua tim yang di belakang bergantian.
Fuuuuuuuuuuuuullllll!!!!!!! Cuma itu jawaban Pito yang di daulat jadi leader. Langsung saja sepertinya tambah beban yang diangkut menjadi 1 kilo lebih berat ketika mendengar jawaban itu. Lama-lama jalannya kok makin ra kalap batinku dalam hati (tidak lagi kuat bahkan untuk sekedar ngobrol antar masing2 kami).
Beberapa cerita mistik menghiasi perjalanan kami. Dari Fandy yang ketemu Angga tiruan, Pito yang ketemu scene yang sama setiap habis tanjakan dan keaadan Surya Kencana yang ramai bukan main dalam perasaan kami masing2.
Surya Kencana, sebuah alun2 dengan luas 50 hektar yang berada di ketinggian hampir 2500mdpl. Bisa bayangkan ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana? padang datar yang ditumbuhi edelweis dengan luas yang tak habis oleh mata (kalau yang pernah tahu, posisinya semacam pasar bubrah di Merapi). Kami berjalan 30 menit mencari tempat yang dekat dengan mata air untuk mendirikan dome. Langit maha luas dengan tabuaran bintang yang MasyaAlloh banyaknya (pernah melihat yang seperti ini di gunung lain tapi yang ini begitu dekat) belasan bintang jatuh yang terekam pandangan kami.
Amajing...Amajing...Amajing kata Fandy.
Lama berjalan mencari mata air, keadaan yang sudah benar2 habis sementara terpending akibat pemandangan yang maha luar biasa ini. Ketika ketemu mata air kemudian dome didirikan dengan terburu-buru akibat hawa dingin tak berkompromi, segera saja semua masuk ke peraduan masing-masing. Aku di dome ku dengan Angga, keadaan serba membingungkan dalam pikirku. Ingin segera menutup mata tapi badan menggigil tak karuan. Angga kebingungan. 2 sleebing bag habis membalutku. Tak cukup rasanya menghalau dingin. Aku benar-benar ingin tidur. Angga mati-matian melarangku. Dia senteri bibirku, membiru katanya. Aku tau, aku hampir hipotermia, kakiku sudah mati rasa. Aku berusaha untuk tetap sadar.
Tiba-tiba dari dome sebelah ada gaduh. Fandy hipotermia. Pacul berteriak memanggil semua yang ada. Ingin aku ikut membantu tapi tak kuat rasanya, dingin ini terlalu erat mendekapku. Semua orang bingung bukan kepalang satu hal yang ada di kepala masing-masing bahwa tak boleh ada yang mati (sumpah serem banget nulisnya). Pukulan-pukulan mendarat di muka Fandy. Semuanya berusaha agar fandi tetap dalam keadaan sadar. Gun dan Pito dengan segera menyalakan kompor. Aku tahu tangan mereka beku dan sakit saat memegang sesuatu, aku juga. Dan lama setelah itu kekhawatiran berangsur pudar...
Hingga pagi datang. Keluar dome masih berasa mak nyes. Pasti suhu sampai 0 derajat. Rerumputan berbunyi ketika di injak, beberapa barang ditumbuhi air yang mengkristal, tapi yang luar biasa. Semua serba indah dalam pandangan. Puncak Gede menyapa kami. Sarapan selesai dengan menu istimewa, nasi goreng kornet ala surya Kencana. Bubrah2 dome, packing, poto2 (agenda wajib) dan berangkat untuk muncak. Jam 12 tepat ketika matahari ada di ubun-ubun, kami sampai di Puncak Gede. Dataran rata semacam punggungan tipis yang merupakan dinding kawah. Wuedan...kami sampai di ketinggian 2958mdpl, benar-benar di atas awan, melihat Samudra Indonesia di depan mata.



Jam satu start perjalanan turun via Cibodas, kabarnya kami nanti akan di suguhi panorama yang lebih oke, air panas, air terjun, danau...ah...tak sabar lagi. 2 jam perjalanan sampai di Kandang Badak, pos yang ada di bawah pertigaan jalur Gede-Pangrango. Pukul 17.00 melanjutkan perjalan dengan niat akan menginap di shelter air panas. Tak dinyana keadaan berbalik ketika kulihat shelter itu. Ngeri banget lhek...(logat orang Merapi yang suka Angga peragakan).
Fita : wew...neng kene po??? Mbok turun lagi wae. Cari shelter paling deket sing penting ora neng kene.
Pito :gak po2 fit (logat kental jawa timurnya)..malah isoh gawe api unggun neng kene. WC dekat...(di shelter masih ada sisa bangunan yang tak terawat, terbengkalailah lebih tepatnya,pohon ukuran super gede, matahari tak jatuh sinarnya)
Fita : Over keweden mode on tanpa bisa bicara sepatah kata pun.
Angga : (sok bijaksana) bagaimana kalau kita ngecamp di Cibereum??
Liston : ha adoh cuk..kesel je...neng peta rong jam lho...(NB :peta di kasih sama mas2 beskem Gunung Putri dan isine ora compatible sebagai bahan acuan..contoh di peta 80 menit dilakoni 2 jam)
Angga : (tanpa melihat)...ayo mangkat mumpung ada rombongan lain yang mau turun. Lumayan ada kancane.

Sampai di shelter air terjun Cibereum dengan sebelumnya banyak yang sudah mengeluh. Jalannya bak turun Lawu via cemoro kandang. Watu thok...bisa di samakan dengan refleksi setaun lamanya,hampir masuk jurang gara-gara maksa pake senter yang hampir padam. Terimakasih...untung ada Bang Fandy yang menarik tangan saya.
Tidur dengan lelap dan hangat...3 dome dipaksa masuk di satu pos. Pagi menjelang, saatnya untuk tamasya dengan sebelumnya sarapan istimewa (nasi liwet, sarden, kornet, sup krim ayam, mie goreng...luar biasa kenyang). Air terjun Cibereum jadi sasaran kami untuk menghabiskan pagi. Brrrrr...airnya adem banget. Sempat ekskresi di sono karena menemukan WC (neng gunung ono WC...jempolan!!!). pulang ke tempat ngecamp untuk packing dan turun. Sepanjang perjalanan di suguhi atraksi alam yang luar biasa.Telaga Biru (danau yang aernya berubah menurut warna ganggang yang ada, kadang biru, coklat, hijau). Rawa Goyanggong (jembatan kayu panjang di atas rawa yang konon sering dibuat tempat maen macan-macan. Di banding jalur Gunung Putri, Cibodas lebih landai, bonus teruslah (dengan semangat kami menobatkan jalur Gunung Putri dengan sebutan “ Cikirik”...)Sampailah sudah di basecamp. Laporan. Makan. Belanja. Pulang ke Cileungsi lagi (terimaksih untuk Mas Andre sekeluarga yang bersedia menampung kami...maaf sedikit merepotkan...hehe).

Perjalanan berharga bersama kalian yang benar-benar menyita seluruh emosi. Terimakasih banyak kawand. Sampai jumpa di perjalanan mendatang. (betewe ada yang mau traktir kita diving di Gili Trawangan loh...awas nek lali...hahahahaha)
Benar tampaknya, Semeru hanya menunggu waktu sayang. Oh...mungkin tak hanya Semeru. Argopuro, Rinjani, Lombok, Meru Betiri, Toba, dan rencana trip yang lain.
Terimakasih telah membawaku ke atap-atap pulau, negeri atas awan....
Jogja, Juni 2009

1 komentar:

  1. How many casinos has the slot machine? | DrMCD
    How many casino 광주 출장마사지 games are there in 동두천 출장안마 slot machines? When you look at 태백 출장마사지 the number of casinos that have 인천광역 출장샵 slots machines, you can conclude 강원도 출장마사지 that a

    BalasHapus