Rabu, 09 Februari 2011

Tuhan tak Perlu Dibela

Dengan meminjam istilah Gus Dur di atas, saya akan membuka ruang diskusi tentang apa yang sedang terjadi di negeri ini..

Saya  miris dengan beberapa kejadian yang ada belakangan, soal penyerangan pengikut Ahmadiyah juga pembakaran gereja di Temanggung. Tambah miris ketika hal tersebut terjadi berdekatan dengan hari kerukunan antar umat beragama. Pasti nya kebanyakan orang yang berfikiran terbuka akan bertanya-tanya mengapa hal tersebut sampai terjadi. Seolah-olah serangan massa dikejadian-kejadian di atas adalah hal ghaib yang tak dapat dilihat mata telanjang.

Sialnya, negara seakan tutup mata dengan serangan tersebut. Dan (lagi) presiden kita hanya berkata prihatin, sebenarnya sangat prihatin katanya. Kali ini ditambah "sangat" karena kata sangat akan menimbulkan citra yang berbeda. Seolah ada pembiaran yang dilakukan oleh negara atas kasus kekerasan dan kejahatan HAM yang kita semua tahu kasus tersebut mungkin sudah berpuluh tahun lamanya. Bahkan banyak saksi mata yang sudah meninggal. Kalau sudah begitu bagaimana mau melakukan peradilan. Ujung-ujungnya kasus akan ditutup, beberapa orang akan tetap bebas merdeka dan segelintir kepentingan dapat terselamatkan.

Inilah yang menjadi pikiran saya, bahwa negara telah menjadikan dirinya seorang teroris. Teroris yang akan terus menghantui kelompok-kelompok tertentu dalam susunan masyarakat bangsa. Cukup dengan melakukan pembiaran-pembiaran atas kekerasan terhadap kelompok-kelompok tertentu, menutup mata atas tumbuhnya organisasi pergerakan yang (di mata saya yang awam) selalu menggunakan kekerasan, dan kemudian cukup dengan melakukan sekian proses penundaan atas persidangan kasus HAM yang banyaknya tak kepalang.



Saya kira, Kita ( Indonesia) bukan baru setahun dua tahun saja hidup di alam keberagaman. Di rimba toleransi yang begitu besarnya. Tapi mengapa tiba-tiba saja persoalan perbedaan ini mencuat begitu saja. Hemat saya, tidak akan pernah ada keindahan jika semua hal menjadi sama dan serupa. Keindahan adalah perbedaan itu sendiri. So Kawan, kenapa kemudian kita harus memaksakan kehendak atas keyakinan terhadap sesuatu. Semua orang berhak atas keyakinannya. 

Dan lalu, Tuhan tak perlu dibela. Karena apapun yang akan terjadi Dia akan tetap pada Ke Maha -an Nya. karena jika pun Dia mau, Dia bisa melakukan apapun yang Dia ingini. 

Biarlah semua seperti pelangi, yang menjadi indah karena perbedaan warnya.

2 komentar:

  1. Beberapa waktu lalu gak sengaja nonton berita tentang kehidupan Yahudi di Iran, ternyata mereka bisa hidup rukun. Eh, semalem nonton berita lagi soal umat Ahmadiyah di Tegal yang hidup rukun dengan sekte Islam lainnya. Terharu saya.. setidaknya, gak usah jauh-jauh bandingin sama Iran, di sini masih ada sisa-sisa kerukunan umat beragama yang menurut cerita sejarah sangat menakjubkan (pake kata "sangat" juga biar citranya semakin oke). Para radikal barbar itu juga sebenarnya minoritas. Saya yakin orang yang ngaku Indonesia lebih banyak yang bisa menerima perbedaan, karena kenyataan itu yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Soal Negara? Capek ah ngomonginnya.. wkwkwk

    BalasHapus
  2. memang sebenarnya banyak pundi kerukunan yang telah tercipta di negeri ini dan memang itu yang kita harapkan.
    Saya setuju dengan Indonesia adalah "perbedaan"

    BalasHapus